Jumat, 14 Oktober 2011

MENJADI GURU BINTANG

Pada hari, tatkala Anda menyadari bahwa guru adalah profesi Anda, sebaiknya Anda mulai tersenyum, berkatalah "Betapa Allah telah memilihkan profesi ini sebagai karir bagi hidap dan kekhalifahanku, Subhanallah, tiada makhluk yang bisa menghindar atas apa yang menjadi sunnatullah atas dirinya."

Guru berhati bintang adalah guru yang memiliki cahaya hati yang kuat karena terbebas dari hawa nafsu pribadinya saat mengajar, dan menempatkan ruh dan akal sebagai sumber intuisi. Allah membuka mata hatinya sehinggga guru berhati bintang sangat mudah menyerap ilmu, menghidupkan intuisinya dan memiliki kemampuan untuk menyampaikannya kembali secara baik (bercahaya).

Menjadi guru berhati bintang diawali dengan perubahan paradigma seorang guru dari sabar menjadi syukur. Dengan mentalitas 'syukur' pintu hati terbuka, cahaya hati dapat menyala, dan tidak ada lagi penghalang antara dunia manusia dengan lauhul mahfuda.

Dikatakan berhati bintang jika guru tidak lagi mengajar hanya sekedar mentransfer ilmu dan membina hubungan bermakna dengan siswa. Akan tetapi lebih dari itu, keberadaannya mendapat pengakuan dari siswa dan lingkungan sekitar. Keberadaannya memiliki cahaya yang kuat bagi orang lain. Hati bintang adalah kondisi spiritualitas diri kita yang bersumber dari kondisi hati yang baik, ruh yang hidup, nafsu yang tenang dan akal yang berfungsi.

Sumber: Buku "Menjadi Guru Bintang" penulis Amir Tengku Ramly, penerbit Pustaka Inti. 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar